Melatih Kepekaan Diri

Saudaraku, semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang masih memiliki kepekaan. Andaikata kita kehilangan kepekaan, maka yang akan kita hadapi adalah kesulitan-kesulitan. Ibarat memegang sesuatu yang panas, tetapi tangan kita tidak peka.

Dapat dibayangkan, yang akan terjadi adalah tangan akan melepuh tanpa kita sadari. Begitupun dengan hati ini, semakin bersih hati Insya Allah akan semakin peka jadinya. Jika sudah peka, tentu akan bisa mendeteksi sesuatu dengan baik.

Seperti halnya cermin, kalau ia bersih tentu akan mudah digunakan bercermin baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Tapi bila cerminnya kotor, jangankan orang lain ikut bercermin, kita saja kesulitan untuk melihat wajah sendiri. Memang untuk bisa membersihkan diri dibutuhkan tekad yang sangat kuat. Tanpa tekad kita tidak akan bisa berbuat sesuatu yang besar. Di samping tekad yang kuat harus diiringi pula dengan ikhtiar yang sangat serius.

Ibarat mendorong mobil awalnya pasti berat, tetapi bila sudah melaju Insya Allah bisa lebih ringan. Memang dibutuhkan energi yang besar untuk menggulirkan tekad kita, yaitu “memiliki hidup yang lebih bersih” dan tekad ini tidak disukai oleh setan. Jangan heran bila kita akan menghadapi godaan yang bertubi-tubi dari setan sehingga kita tidak berhasil. Kepekaan itu sangat dibutuhkan dan merupakan keniscayaan bagi seseorang yang ingin meningkatkan kualitas dirinya. Masalahnya, kita harus peka terhadap apa?

Pertama, kita harus peka terhadap aib, dosa, dan kekurangan diri. Ketika kita merasakan diri ini bersalah, maka berusahalah untuk tidak membela diri, tetapi harus juga berani untuk mengakui kesalahan.

Kedua, kita juga harus peka terhadap ladang amal dari Allah. Misalkan, ketika ada sampah di sekitar kita atau paku yang dapat membahayakan orang lain, alangkah lebih baiknya jika kita pungut. Ketika ada orang tua yang berjalan tertatih-tatih tentunya beliau akan senang sekali jika kita bantu. Ketika ada sahabat-sahabat tuna netra yang menginginkan ilmu, kita bisa membacakannya. Ketika kita ditakdirkan Allah bertemu dengan orang yang kesulitan mencari alamat dan ternyata kita tahu apa yang ia butuhkan, alangkah bahagianya dia jika kita bisa menunjukkannya. Subhanallah, tentunya apa yang telah dilakukan Insya Allah menjadi amal.

Saudaraku, kitapun harus mulai peka terhadap ladang ilmu. Semua yang kita lihat, kita rasa, kita dengar, itu adalah ilmu yang perlu kita tafakuri. Kemudian kita juga harus peka terhadap perasaan orang lain karena ada juga orang yang kalau berbicara itu kurang peka, akibatnya orang lain menjadi tersinggung. Mungkin boleh jadi dirinya tidak merasa menyinggung orang lain atau menghina orang lain.

Semoga kita dapat terus melatih diri supaya memiliki hati yang sempurna. Mungkin sulit, tetapi kita harus berusaha untuk memperbaiki diri dan melatih kepekaan terhadap dosa, aib sendiri, peka terhadap ladang amal, peka terhadap perasaan orang lain, dan peka terhadap nikmat-nikmat dari Allah agar senantiasa disyukuri.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Sinopsis MQFM

sumber : republika Online

Tinggalkan komentar